Selamat Hari Valentine…???

Konon, setiap tanggal 14 Februari merupakan hari yang sangat dinanti oleh banyak remaja, baik di Indonesia maupun di berbagai belahan bumi lainnya. Berbagai media massa, pusat-pusat perbelanjaan dan hiburan pun sibuk menarik perhatian para remaja dengan menggelar event-event perayaan yang tak jarang berlangsung hingga larut malam bahkan hingga dini hari. Semuanya bermuara pada satu hari yaitu Valentine’s Day. Sebab hari itu banyak dipercaya orang sebagai hari untuk mengungkapkan kasih sayang.

Di Indonesia, biasanya mereka saling mengucapkan “Selamat Hari Valentine”, berkirim kartu dan bunga, saling bertukar pasangan, saling curhat, menyatakan sayang atau cinta karena anggapan saat itu adalah “hari kasih sayang”. Benarkah demikian???



Sejarah Valentine
Valentine’s Day, menurut literatur ilmiah, sejarahnya berasal dari upacara ritual agama Romawi kuno. Adalah Paus Gelasius I pada tahun 496 yangmemasukkan upacara ritual Romawi kuno ke dalam agama Nasrani, sehingga sejak itu secara resmi agama Nasrani memiliki hari raya baru yang bernama Valentine’s Day.

Buku The World Book Encyclopedia (1998) menyebutkan beberapa versi mengenai Valentine’s Day:


“Some traxe it to an ancient Roman festival called Lupercalia. Other experts connect the event with one or one more saints of the early Christian church. Still others link it with an old English belief that birds choose their mates on February 14th Valentine’s Day probably come from a combination of all three of those sourcesplus the belief that spring is a time for lovers.”

Perayaan Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi kuno (13-18 Februari). Dua hari pertama, dipersembahkan untuk dewi cinta (queen of feverish love) Juno Februata. Pada hari ini, para pemuda mengundi nama-nama gadis dalam kotak. Lalu setiap pemuda mengambil nama secara acak dan gadis yang namanya keluar harus menjadi pasangannya selama setahun untuk senang-senang dan obyek hiburan.

Pada 15 Februari, mereka meminta perlindungan dewa Lupercalia dari gangguan srigala. Selama upacara ini, kaum muda melecut orang dengan kulit binatang dan wanita berebut untuk dilecut karena anggapan lecutan itu akan membuat mereka menjadi lebih subur.

Ketika agama Kristen Katolik masuk Roma,mereka mengadopsi upacara ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani, antara lain mengganti nama gadis dengan nama-nama Paus dan Pastor. Di antara pendukungnya adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I. Mari kita cermati nukilan The Encyclopedia Britannnica, vol.12 sub judul : Christianity sebagai berikut:


“Agar lebih mendekatkan lagikepada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan upacara hari perayaan gereja dengan nama Saint Valentine’s Day untuk menghormati St. Valentine yang kebetulan mati pada 14 Februari”.

The Catholic Encyclopedia Vol. XV sub judul St. Valentine menuliskan ada tiga nama Valentine yang tewas pada 14 Februari, seorang diantaranya yang tewas pada masa Romawi. Namun demikian tidak pernah ada penjelasan jelas siapa St. Valentine yang dimaksud, juga dengan kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung pangkalnya karena tiap sumber mengisahkan cerita dengan versi yang berbeda.

Versi pertama: Kaisar Caudius II memerintahkan menangkap dan memenjarakan St Valentine karena menyatakan tuhannya Adalah Isa Al-Masih dan menolak menyembah tuhan-tuhan orang Romawi. Orang-orang yang mendambakan doa St. Valentine lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.

Versi kedua: Kaisar Claudius II beranggapan tentara muda yang bujangan akan lebih tabah dan kuat di dalam medan peperangan dari pada yang sudah menikah. Kaisar lalu melarang para pemuda untuk menikah. Namun St. Valentine melanggarnya dan diam-diam menikahkan banyak pemuda sehingga dia pun ditangkap dan dihukum gantung pada 14 Februari 269 M (lihat The World Book Encyclopedia, 1998).

Keterangan seperti ini bukan keterangan mengada-ada, sebab rujukannya bersumber dari kalangan barat sendiri. Dan keterangan ini menjelaskan kepada kita, bahwa perayaan hari valentine itu berasal dari ritual agama Nasrani secara resmi. Dan sumber utamanya berasal dari ritual Romawi kuno.

Valentine dan Budaya Syirik
Ken Swiger dalam artikelnya : “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat, dan Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, sesuatu yang dianggap tuhan bagi orang Romawi kuno.

Disadari atau tidak ketika kita meminta orang dengan kalimat : “be my valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang tersebut menjadi “Yang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik ataupun menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.

Apabila kita sering menjumpai gambar bayi yang memegang panah, tahukah kita bahwa gambar itu melambangkan “Cupid”, putra Nimrod. Dalam kamus, Cupid diartikan sebagai dewa/dewi cinta. Disebut dewa cinta karena ia rupawan sehingga diburu wanita. Bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri.

Bagaimana bersikap
Perayaan Valentine’s Day, jika dicermati mengalami pergeseran makna, sikap dan semangat dari masa ke masa. Jika di masa Romawi sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian dimasa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang identik dengan pergaulan bebas remaja. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah, hinngga praktek zina. Semua dengan mengatasnamakan kasih sayang.

Di dalam tatana aqidah Islam, seorang muslim diharamkan ikut merayakan hari besar pemeluk agama lain, baik agama Nasrani ataupun agama paganis (penyembah berhala) dan Romawi kuno. Lalu kenapa kita masih juga menyambut hari valentine? Apakah 14 Februari merupakan hari istimewa? Adat? Kebiasaan? Atau hanya ikut-ikutan tanpa tahu asal-usulnya?

Walaupun keinginan untuk ikut-ikutan memang ada pada diri manusia, akan tetapi hal tersebut menjadi tercela dalam Islam apa bila orang yang diikuti mampunyai sisi keyakinan dan pemikiran yang menyimpang dari Islam. Apabila kita sudah menyangkut ranah aqidah, ibadah, syi’ar dan kebiasaan, bila demikian, sangat disayangkan bila masih banyak remaja muslim yang terkena penyakit ikut-ikutan budaya Barat dan acara ritual agama lain.


“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.” [QS Al-Isra’ : 36]

Cermati sabda Rasulullah SAW berikut:
“Barangsiapa meniru suatu kaum, maka ia termasuk dari kaum tersebut.” [HR. At-Tirmidzi]

Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa cinta, yang merupakan cerminan kesyirikan yang harus dihindari. Padahal atribut dan asesoris valentine sulit dilepas dari urusan dewa cinta ini. Hasilnya, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol kesyirikan.

Jadi jelaslah bahwa Valentine’s Day bersumber dari paganisme, penyembahan berhala dan penghormatan kepada pastor. Tidak ada kaitannya dengan kasih sayang. Yang harus dicamkan di sini adalah Valentine bukan semata-mata masalah budaya, melainkan terkait dengan masalah aqidah, dimana umat Islam diharamkan merayakan ritual agama lain dan hari besar agama lain. Selamat untuk tidak merayakan Valentine. Selamat untuk tidak mengucapkan “Selamat Hari Valentine”,

Sumber : Buletin ULIL ALBAB Edisi : 009/Shafar 1430 H – Februari 2009 M

0 comments:

Post a Comment