Jika Kau Menjadi Istriku Nanti

Jika kau menjadi istriku nanti
Fahami aku saat menangis
Saat kau menjadi istriku nanti
Jangan pemah berhenti memilikiku
Hingga ujung waktu
[Sheila On 7 – Hingga Ujung Waktu]

Jika seorang lelaki ingin memikat hati seorang wanita, biasanya yang ditebarkan adalah berjuta-juta kata-kata manis nan indah, penuh janji-janji yang kadang membuat hati bergetar. Seperti sepenggal lagu diatas itu tuh...atau "jika kau menjadi istriku nanti, aku akan membahagiakanmu" dan "ba..bi..bu.." Sang wanita pun tak berdaya mengahdapi serangan dari sang lelaki. Akhirnya tersipu malu, merah pipinya, sambil menundukkan kepala, "Emm...Aa’ bisa aja nih. Eneng jd mau..." Busyeet....mantap coy...



Lidah yang bisanya kaku saat bertemu dengan sang pujaan hati, tiba-tiba menjadi luwes dan lincah. Yang kadang terselip “ancaman” karena sangat menginginkan memiliki sepenuhnya sang pujaan hati. Kalo ada orang lain yang dekat sama doi langsung aja tuh melanyang kata-kata, “Weits...jangan macem-macem lu, gue yang punya nih...!!!” Weleh-weleh... lha belum dinikahi kok sudah ngaku-ngaku miliknya dia ya?? Sadar bung.... Lha, yang sudah nikah saja ngaku kalo pasangannya sebenernya hanya milik Allah kok.

Emang bener sih, wanita lebih memilih lelaki yang bisa meyakinkan dirinya. Apabila sudah menikah nanti bisa menyayangi hingga ujung waktu, serta bisa membimbing menuju keridhoan Allah SWT. Ceileh... Yang kayak gitu tuh... Bukan lelaki yang hanya janji-janji mulu, ga brani ambil tindakan nyata, atau lelaki yang tidak berani mengajak menikah dengan 1001 alasan yang dibuat-buat.

Kalo yang datang adalah lelaki yang kita tahu taat ibadahnya, baik akhlaknya, baik budi pekertinya, kalo yang kayak gini sih ga perlu mikir-mikir lagi. Siapkan anggukan kepala tanda setuju. Jangan ditunda-tunda lagi keburu diambil orang lain lho. Ya ga?? Hahaha... Namun saat jaman sudah terbolak-balik gini kadang yang dateng malah seperti Arjuna, Sang Pencari Cinta yang hanya mengobral janji-janji kosong tak berisi. Lalu bagaimana sang wanita akan percaya dengan janji-janji yang tlah digembar-gemborkan???

Nah...berarti masalahnya adalah bagaimana kita menjelaskan kepada calon pasangan agar percaya dengan kita??? Wadoh...wadoh...bagaimana ini. Gimna caranya ya??? Tunggu dulu, ga usah pusing-pusing. Kenapa harus bingung. Dalam islam udah ada aturanya kok. Caranya ya dengan proses ta’aruf. Trus apa yang harus kita lakukan saat proses ta’aruf? Apa dengan janji-janji seperti seperti Arjuna tadi??

Kebanyakan orang mengartikan ta’aruf sebagai perkenalan. Kalo dihubungkan dengan pernikahan, ta’aruf adalah proses saling mengenal antara calon laki-laki dan perempuan sebelum proses khitbah (lamaran) dan pernikahan. Oleh karena itu, proses ta’aruf ini sangat penting untuk saling mengenal sebelum memasuki langkah berikutnya. Pada proses ta’aruf ini setiap calon pasangan dapat saling mengukur diri dan menilai, cocok ga ya dengan dirinya. Lalu apa saja sih yang harus diungkapkan dan dijelaskan kepada calon pasangan saat proses ta’aruf??



  1. Keadaan keluarga
    Jelasin kecalon pasangan tentang anggota keluarga masing-masing, berapa jumlah sodara, anak keberapa, gimana tingkat pendidikan, pekerjaan, dll. Bukannya mengintrograsi, siapa tahu dapat calon suami atau istri yang anak tunggal, bokap sama nyokap kaya 7 turunan ga habis-habis, solat dan ibadahnya top deh, guanteng atau cuantik abizz, lagi kuliah di Belanda (busyet...) Pokoknya selangit deh kualitasnya. Sebelum sang moderator selesai ngomong memperkenalkan dan menjelaskan sang calon, langsung aja kasih kode, panggil bapak ibu kedalem bentar, bentar aja lho tapi jangan lama-lama, trus bilang, “Pak, boleh juga tuh, yang kayak begini nih jagan dilewatin. Mau..mau...mau... moga-moga ga lama lagi langsung dilamar dan diajak pindah ke Belanda!!” we..e..e..e...

  2. Harapan dan Prinsip Hidup
    Warna-warni kehidupan kelak ditentukan oleh visi misi suatu keluarga lho, terutama bagi seorang suami karena ia adalah qowwam atau pemimpin dalam keluarga. Sebagai pemimpin, ia seperti nahkoda sebuah perahu rumah tangga yang jalannya mau lempeng dan lurus-lurus saja, atau mau srudak-sruduk senggol sana senggol sini, itu adalah keahlian sang suami dalam memegang kemudi. Ya kalo mengemudinya sudah tidak baik ya pasti “kapal” bisa-bisa tenggelam ditengah “lautan”. Oleh karena itu setiap calon pasangan harus tau harapan dan prinsip hidup masing-masing. Misalnya sebagai contoh nih, “Jika kau menjadi istriku nanti semoga kita menjadi lebih dekat dengan Allah” atau “Jika kau menjadi istriku nanti, mari kita berjalan bersama mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah” atau “Jika kau menjadi istriku nanti, marilah kita berjalan bersama, bergandengan tangan menuju ridho Allah”. Kalo dah tau calon pasangan mempunyai harapan seperti itu kudu diterima tuh, Insya Allah janjinya sisaksikan Allah SWT dan para malaikat. aamiin allahumma aamiin....

  3. Kesukaan dan Yang Tidak Disukai
    Dari awal perkenalan sebaiknya dijelaskan apa yang disuka dan apa yang tidak disukai, jadinya nanti pada saat menjalani kehidupan rumah tangga bisa saling memahami dan mengerti. Dalam pelayanan bahtera rumah tangga harus ada saling pengertian, contoh paling mudah adalah istri yang suka masakan pedas-pedas sekali-kali masak yang jangan terlalu pedas karena sang suami kurang suka pedas. Atau...jika sang istri tidak suka makan buah duren jangan suami saat pulang kerja bawa oleh-oleh duren buat istrinya. Mending dibawain nangka aja...Siapa tuh??? Hayo...ngaku-ngaku... Siapa yang lebih suka nangka dari pada duren... hahaha...Namun yang lebih penting lagi adalah menikah bukan sarana untuk merubah pasangan lho. Tapi jangan lantas bersikap seolah-olah seperti sebelum menikah.

  4. Ketakwaan Calon Pasangan
    Nah..ini point terakhir dan paling penting. Apa sih yang paling penting saat ta’aruf?? Ya jelas ah yang menduduki prioritas tertinggi adalah bagaimana nilai ketakwaan dari calon pasangan. Emm...tapi gimana dong kita bisa tau ketakwaan calon pasangan kita??? Ya tanyakan saja kepada orang-orang yang dekat dengan dirinya, misalnya kerabat dekat, atau sahabat dekat sang calon pendamping tentang ketaatannya menjalankan ketentuan pokok yang menjadi rukun Iman dan Islam dengan benar. Misalnya nih tentang solat lima waktunya bagaimana, puasa Ramadhannya gimana, atau gimana pula sikapnya kepada tetangga atau orang yang lebih tua, dll. Sebuah nilai plus juga bila sang calon pendamping rajin menjalankan ibadah-ibadah sunah. Puasa senin kamis, atau rajin solat malam misalnya. Wah...yang beginian nih “calon suami/istri kesayangan Allah dan mertua.”



Inget...proses ta’aruf hanya proses saling mengenal lho. Tapi lain masalahnya jika udah masuk proses khitbah. Kadang suka jadi “penyakit” juga sih. Trus mana-mana dita’aruf-ta’arufin. Akhirnya bingung mo milih yang mana.

Apabila hukum pernikahan bagi seorang laki-laki telah masuk kategori wajib, dan segalanya sudah terencana dengan bagus dan matang kenapa tidak menikah saja. Ada kata-kata bijak, “jika berani menyelam ke dasar laut mengapa terus bermain di kubangan, kalau siap berperang mengapa cuma bermimpi menjadi pahlawan?”

Ya kan?? Kalo udah berani “menyelami”, “menghadapi”, dan siap “berperang” kenapa harus ditunda-tunda lagi?? Hanya orang yang tak punya nyali yang hanya berani main di “kubangan” dan tak berani “menyelami“ dalamnya samudra kehidupan. Dan hanya orang yang “cemen” yang hanya terus-terusan bermimpi menjadi “pahlawan” tapi tak mau terjun di dalam medan “peperangan.”

Buat mas,mbak, dan buat aku sendiri... hahaha...
Semoga segera dipertemukan dengan pasangan hidup, dikumpulkan dalam kebaikan, kebahagiaan, kemesraan, canda tawa yang tak putus-putusnya mengisi rongga kehidupan rumah tangga. Kalaupun nanti ada air mata yang menetes, semoga itu adalah air mata kebahagiaan, tanda kesyukuran kepada Allah SWT karena Ia telah memberikan pasangan hidup yang selalu bersama mengharap keridhoan-Nya, aamiin allahumma aamiin....



Inspired by : http://pernikahan.dudung.net/artikel_detail.php?id=5

0 comments:

Post a Comment